LAB 38. STATIC ROUTING
Lab 38. Static Routing
Dalam dunia jaringan, ada berbagai cara buat ngatur arah data, tapi kali ini kita mau bahas yang paling umum dipake, yaitu static routing dan dynamic routing.
Routing Statis (Static Routing) itu seperti setting rute di router secara manual. Kalo ada perubahan, si admin jaringan harus ngatur lagi. Cara ini paling sederhana, tinggal isi tabel rute di tiap router yang terhubung di jaringan tersebut.
Buatlah topology sebagai berikut:
Langkah pertama kita akan mengonfigurasi IP pada setiap router.
RB1
RB2
Jika kita sudah melakukan konfigurasi pada router seperti diatas, maka langkah selanjutnya adalah kita membuat static route nya. Dalam static route diisi parameter, Dst. Address=Remote Network dan Gateway (IP tetangga atau Outgoing Interface)
Router1 perlu me-routing ke 192.168.2.0/24, karena IP tersebut adalah Jaringan Remote atau jaringan yang tidak langsung terhubung ke router. Hal itu juga berlaku pada RB2 yang dimana harus melakukan routing juga pada 192.168.1.0/24
Routing:
RB1
RB2
Jika sudah melakukan routing kepada kedua router, maka ketika kita melakukan “ip route print” akan terlihat di table routing
RB1 akan terlihat bahwa sudah merouting ke IP 192.168.2.0/24 melalui gateway 12.12.12.2
RB2 akan terlihat bahwa sudah merouting ke IP 192.168.1.0/24 melalui gateway 12.12.12.1
Kelebihan Static Routing
Meringankan kerja prosesor router karena tugas pemrosesan dibagi-bagi di tiap router.
Menghemat pemakaian bandwidth karena gak ada pemborosan saat paket dipindah-pindah.
Mendapat info dari tabel routing pas lagi tukeran paket.
Lebih aman dengan routing statis.
Administrator punya kebebasan buat pilih jalur jaringan
Kelemahan Static Routing
Admin jaringan perlu tahu semua info tentang router yang terhubung.
Setelan jadi lebih ribet, terutama kalo banyak komputer yang nyambung.
Konfigurasi makan waktu lebih lama kalo ada masalah jalur, bisa bikin jaringan jadi berhenti.
Comments
Post a Comment